Pada hari Jum’at Legi di bulan puasa, tanggal 17
Agustus 1945, pukul 10.00, naskah proklamasi dibacakan oleh Soekarno. Bendera
Merah Putih dikibarkan dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Sebanyak 10 juta
bendera Merah Putih kemudian disebar keseluruh penjuru tanah air. Mulai tanggal
1 September 1945 setiap warga meneriakkan ucapan MERDEKA! sebagai salam setiap
berjumpa. Salam ini dilakukan dengan mengangkat telapak tangan setinggi bahu.
Pada tanggal 3 Januari 1946 Presiden dan wakil Presiden
berpindah dikarenakan masalah keamanan menuju Jogyakarta pada malam hari dengan
kereta api. Sejak itu pemerintahan berada di Jogyakarta dan Bendera Merah Putih
berkibar di tiang bendera yang besar dan tinggi di depan Gedung Agung yang
tampak lebih sepadan bila dibandingkan di tiang bendera di Pengangsaan Timur.
Bendera Merah Putih berkibar dengan megah di halaman Gedung Agung setiap hari.
Tgl 17 Agustus 1946 dilakukan peringatan ulang
tahun pertama kemerdekaan Republik Indonesia di Jogyakarta. Husein Mutahar,
ketika itu sudah menjadi seorang ajudan Presiden dikenal juga sebagai pandu
yang aktif diberi tugas untuk menyusun upacara pengibaran bendera. Ia mempunyai
pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa maka pengibaran bendera
Merah Putih sebaiknya dilakukan oleh para pemuda yang mewakili daerah-daerah
Indonesia
Husein Mutahar kemudian memilih lima orang pemuda
yang bermukim di Jogyakarta, 3 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Jumlah
lima orang ini merupakan simbol Pancasila. Upacara bendera Pusaka Merah Putih
di halaman Gedung Agung, Jogyakarta, dilaksanakan lagi pada tanggal 17 Agustus
1947,1948 dan 1949 dengan menampilkan para pemuda dari daerah-daerah lainnya.
Belanda mengakui kedaulatan RI yang ditanda
tangani pada tgl 27 Desember 1949. Setelah itu, Presiden Soekarno kembali ke
Jakarta, dan ibukota Republik pun kembali ke Jakarta. Bung Karno menempatkan
bendera Merah Putih dalam sebuah peti berukir,saat turun dari pesawat yang
pertama kali keluar adalah pengawal kehormatan mengiringkan Sang Merah Putih
kemudian disusul penumpang yang lain yang disambut dengan pekik
Merdeka…Merdeka…! oleh rakyat yang menyambut. Sejak itu Bendera Pusaka
dikibarkan di halaman Istana Merdeka pada detik-detik Proklamasi setiap tahun
Pada tahun 1967, Bapak Husein Mutahar yang
menjabat sebagai Dirjen Urusan Pemuda dan Pramuka (UDAKA) Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, diberi tugas untuk menyusun tatacara pengibaran Bendera Pusaka.
Beliau membentuk pasukan yang terdiri dari atas 3 kelompok yaitu; kelompok 17
sebagai pengiring/pemandu, kelompok 8 sebagai inti pembawa bendera, dan
kelompok 45 sebagai pengawal. Ini merupakan simbol dari tanggal Proklamasi
Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 (17-8-45). Pada waktu itu dengan situasi kondisi
yang ada, beliau melibatkan putra daerah yang ada di jakarta dan menjadi
anggota Pandu/Pramuka untuk melaksanakan tugas Pengibaran Bendera Pusaka.
Pasukan ini kemudian disebut PASKIBRAKA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka).
Semula rencana beliau untuk kelompok 45 (pengawal) akan terdiri dari para
Mahasiswa AKABRI (Generasi Muda ABRI). Usul lain menggunakan anggota Pasukan
Khusus ABRI (seperti RPKAD, PGT, MARINIR dan BRIMOB) juga tidak mudah, akhirnya
diambil dari Pasukan Pengawal Presiden (PASWALPRES) yang mudah dihubungi dan
sekaligus mereka bertugas di Istana Negara Jakarta.
Pada 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera
Pusaka adalah para pemuda utusan propinsi. Tetapi propinsi-propinsi belum
seluruhnya mengirimkan utusan sehingga masih harus ditambah oleh eks-anggota
pasukan tahun 1967. Pada masa Presiden Soeharto Bendera Pusaka di kibarkan
hanya 2 kali, yaitu pada 17 Agustus 1967 dan 17 Agustus 1968 karena kondisi
bendera yang tidak memungkinkan lagi.
5 Agustus 1969 di Istana Negara Jakarta
berlangsung upacara penyerahan duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan
reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Suharto kepada Gubernur/Kepala
Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Bendera duplikat (dari 6 carik kain) mulai
dikibarkan menggantikan Bendera Pusaka pada peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi
Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1969 di Istana Merdeka Jakrta, sedangkan
Bendera Pusaka bertugas mengantar dan menjemput bendera duplikat yang
dikibar/diturunkan.
Pada tahun itu resmi anggota PASKIBRAKA adalah
para remaja siswa SMTA se-tanah air Indonesia yang merupakan utusan dari 26
propinsi di Indonesia, dan tiap propinsi diwakili oleh sepasang remaja. Dari
tahun 1967 sampai tahun 1972 anggota yang terlibat masih dinamakan sebagai
anggota "Pengerek Bendera".
Pada tahun 1973, Idik Sulaeman melontarkan suatu
nama untuk Pengibar Bendera Pusaka dengan sebutan PASKIBRAKA. PAS berasal dari
PASukan, KIB berasal dari KIBar mengandung pengertian PENGIBAR, RA berarti
BendeRA dan KA berarti pusaKA, mulai saat itu singkatan anggota pengibar
bendera pusaka adalah PASKIBRAKA.
Sedangkan bendera Pusaka yang sudah rapuh
ditempatkan disebuah peti berukir dan dipakai untuk mengiringi pengibaran
Duplikat Bendera Pusaka setiap 17 Agustus di Istana Merdeka. Mulai tahun 1999
sampai sekarang, Bendera Pusaka tidak mengiringi dalam pengibaran karena sudah
sangat rentan.